Selasa, 27 Maret 2012

Ada-ada saja ulah oknum pedagang makanan atau minuman yang tak bertanggung jawab agar mereka tak merugi. Salah satunya ialah dengan memberikan bahan pengawet dari unsur kimia berbahaya. Formalin merupakan zat kimia yang sering dipergunakan untuk mengawetkan makanan.

Padahal, zat yang memiliki nama lain Formol – Methylene aldehyde – Paroforin itu, bukan untuk dikonsumsi tubuh manusia. Melainkan, diperuntukkan sebagai bahan dasar pembersih lantai, gudang, pakaian, dan kapal. Formalin juga digunakan untuk membuat zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.

Bagi tubuh manusia, jelas, formalin bisa mengancam kesehatan. Dalam jangka pendek, formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.

Bila tertelan formalin sebanyak 30 ml (sekitar dua sendok makan), akan menyebabkan kematian. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker. Pemerintah, sebenarnya, telah meregulasi penggunaan formalin dan bahan pengawet.

Tetapi, dari sisi pengawasan masih lemah. Formalin dengan mudahnya didapatkan di pasaran oleh oknum pedagang nakal agar dagang an mereka tetap segar dan awet. Tan pa memperhatikan bahaya dan dam pak buruk zat kimia itu. Bagaimanakah hukum Islam menyikapi adanya formalin yang digunakan sebagai bahan pengawet makanan?

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Hasanuddin AF mengatakan, penggunaan zat kimia yang membahayakan dalam makan hukumnya haram. Apalagi, bila sudah terbukti dengan uji medis dan fakta di lapangan.

Apa pun yang dikonsumsi oleh Muslim, katanya, selain harus memenuhi unsur halal, mesti pula dikategorikan tayib, aman dikonsumsi, dan tidak membahayakan. Menurutnya, hukum itu tak hanya berlaku bagi formalin. Zat kimia apa pun yang dapat membahayakan dan digunakan. Seberapakah kadarnya? Atas dasar sadduz dzariah, mencegah mudarat maka konsumsi formalin dilarang. “Lebih baik tidak mengonsumsi,” katanya.

Ketua Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM-NU) KH Zulfa Musthofa mengatakan, penggunaan formalin diharamkan untuk konsumsi manusia. Hal ini sesuai dengan prinsip agama yang melarang mencelakakan diri sendiri.

Dalam Islam, sifat membahayakan idhrar) adalakanya bisa dipastikan, seperti mengonsumsi racun. Ada pula yang bersifat masih dugaan (madhannat al idhrar). Formalin bisa dikategorikan di jenis yang kedua. Tetapi, berdasarkan ilmu medis, zat tersebut tidak aman bagi tubuh maka bisa dinyatakan haram. “Jangka panjangnya terbukti, formalin berbahaya,” katanya.

Pendapat sama diungkapkan oleh Ketua Majelis Tarjid dan Tajdid Muhammadiyah Prof Syamsul Anwar. Menurutnya, formalin bisa merusak dan membahayakan tubuh. Islam melarang hal itu, bahwsanya dalam agama tidak ada unsur la dharar wala dhirar, bahaya dan membahayakan.

Karenanya, mengonsumsi formalin atau zat-zat pengawet makanan dan minuman berbahaya hukumnya tidak diperbolehkan. Soal berapa kadarnya, ia lebih berpendapat untuk menghindari makanan yang terdapat unsur bahan berbahaya itu. Terkait oknum pedagang yang tak bertanggung jawab, menurutnya, ia mendapat dosa lantaran telah mencelakakan orang lain. “Tidak dibenarkan berlaku curang,” katanya.

sumber : http://www.rdpublika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/12/03/17/m1042p-penggunaan-formalin-dalam-makanan-inilah-hukumnya-menurut-islam
Aku termasuk pemirsa setia acara investigasi di salah satu stasiun televisi swasta. Bukan. Bukan investigasi mencari siapa pelaku pembunuhan seperti di film yang sekarang sedang “happening” yaitu CSI (Crime Scene Investigation). Tapi cara investigasinya mirip.
Dari acara investigasi itu pemirsa dibuat terkaget-kaget dan geleng-geleng kepala, sering malah mengutuk karena pelaku di acara itu lebih biadab dari anggota G30S/PKI. Dari acara itu terungkap kecurangan-kecurangan pedagang makanan, minuman yang memodifikasi dagangannya semata-mata demi keuntungan tetapi di sisi lain membahayakan nyawa pembelinya.
Dari sederet produk makanan yang ditengarai dimodifikasi (baca: diolah dengan cara kreatif tapi curang ) bahan kimia favorit yang digunakan oleh pedagang adalah boraks.
Boraks atau natrium tetraborat sejatinya adalah bahan yang berisfat antimikrobial sehingga bisa mengawetkan. Karena sifatnya yang dapat mengawetkan inilah sepertinya yang menyebabkan banyak pedagang makanan menambahkan bahan kimia ini ke dalam makanan agar dagangan mereka awet berhari-hari.
Panganan yang biasanya diakali dengan penambahan boraks adalah bakso, otak-otak, tahu, mie tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki tekstur dan kepadatan sehingga menjadikan bakso dan mie lebih kenyal, tahu menjadi tidak mudah hancur. Boraks juga memberikan kerenyahan dan rasa gurih terutama pada makanan yang mengandung pati seperti kerupuk. Aku teringat kerupuk yang terbuat dari beras khas dari kampung suamiku di Magetan yang disebut “lempeng” (membaca “e” beda dengan “lempeng” yang berarti lurus). Mungkin di Jakarta kerupuk semacam ini lebih dikenal sebagai kerupuk legendar.
13252534562128335934
Kerupuk legendar (www.google.com)
Pengusaha lempeng ini bisa jadi tau atau memang tidak tau kalau “bleng” yang mereka gunakan sebagai penambah rasa gurih dan renyah itu sebenarnya adalah boraks. Yang mereka tau bleng memberikan aroma dan rasa tersendiri, bagi lempeng, lebih gurih dan cepat mengembang jika digoreng. Sementara pembeli atau penikmat lempeng seperti aku, walaupun sudah tahu bahaya, berhubung doyan yaaa pura-pura gak tau aja. Kunyah teruuuuss…^_^
1325253329902747180
Diambil dari www.google.com
Sejak ramai dan heboh ditemukan boraks dan formalin pada bakso dan tahu, aku pun baru “ngeh” istilah “bleng” itu merupakan nama lojal buat boraks bagi orang Jawa. Bahkan ibuku, seingatku sejak aku SMP, hingga aku kuliah, setiap sepekan sebelum hari raya lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha selalu membuat sendiri ketupat. Nah… ibu selalu mencampurkan bleng dengan beras dan air, sebelum dimasukkan ke dalam sarang ketupat yang terbuat dari daun kelapa. Waktu kutanya buat apa bleng itu, ibu mengatakan agar lebih gurih dan butiran-butiran beras yang akan mengembang menjadi nasi dapat menyatu. Benar juga fungsinya sebagai pengkoreksi tekstur makanan. Sejak tahu bleng itu adalah boraks dan tahu bahayanya, ibu tidak pernah lagi menambahkan boraks pada ketupat. Bahkan sekarang tidak pernah lagi membuat ketupat, karena lebih praktis membeli di langganan ibu 2 hari sebelum lebaran. Bukan karena boraks, tapi karena menghemat gas (memasak ketupat bisa memakan waktu 3 jam lho) selain juga karena ibu sekarang sudah sepuh, mudah capek, sementara anak-anaknya termasuk aku tidak sepiawai ibu dalam hal masak memasak.
Sejauh ini makanan yang mengandung boraks memang sulit dikenali dengan kasat mata. Kalau orang yang sudah biasa, dapat saja membedakannya, dan bisa menduga ada campuran boraks di dalamnya. Bagaimana boraks bisa berbahaya ? Ouw sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan, menyebabkan iritasi saluran pencernaan, iritasi kulit, iritasi mata, kerusakan ginjal. Yah bagaimana tidak berbahaya, bahan kimia yang di China digunakan dalam pembuatan perabotan dari porselin untuk memperbaiki struktur atau penampilan. Lalu di Mesir, digunakan untuk pengawet mayat, di industri kosmetik seperti bedak dan sabun sebagai antimicrobial (mencegah pertumbuhan mikroba), kok dimasukkan ke perut…hehehe… no wonder lah ….kata orang Singapur
Akhir-akhir ini kekreatifan dan kepiawaian pedagang makanan makin berkembang. Di lain pihak kesehatan dan nyawa pembeli pun menjadi taruhannya. Jenis panganan yang dibubuhi boraks pun makin beragam. Let’s see:
Kacang hijau yang padat gizi dan kaya vitamin, sehingga dikonsumsi anak-anak, orang sakit hingga ibu hamil menjelma menjadi pemicu kanker karena menurut penelusuran, lima dari enam sampel bubur kacang hijau yg  dikumpulkan secara acak untuk diuji, positif mengandung boraks & pemanis buatan berlebih.
Next: cakwe dengan penampilan berwarna kuning menggoda ternyata mengandung boraks, tawas, dan pewarna tekstil metanil yellow
Babat dari pasar tradisional, bahkan dari sebuah supermarket besar cukup mengkhawatirkan karena lima sampel yang dikumpulkan, seluruhnya positif mengandung formalin dan boraks.
Berapa banyak kecurangan yang dapat anda temukan dalam semangkuk mie ayam ?
Demi meraup untung besar, seorang pedagang mie ayam melakukan setidaknya 3 kecurangan sekaligus yang bisa membahayakan konsumennya, yaitu mie berboraks buatan sendiri, semur ayam tiren dan penambahan minyak babi. Pelaku menggunakan minyak babi untuk menutupi bau anyir dan rasa getir ayam tiren. Astaghfirullah…
Dan terakhir yang membuat gigiku gemeletuk karena marah, ditangan pedagang, oleh-oleh khas tanah suci, kurma, tak luput dari kecurangan. Pelaku membeli kurma yang nyaris busuk, mengolahnya dengan boraks, dan menjualnya kembali.
Bagi masyarakat menengah ke atas mungkin dengan mudah dapat menghindar dari jebakan-jebakan tersebut. Walaupun bagi mereka, seperti juga aku, mengkonsumsi jajanan pinggir jalan merupakan kenikmatan tersendiri. Kadang aku merasakan makan mie ayam atau bubur ayam yang dijual abang-abang rasanya lebih enak dibanding yang dijual di mal atau restoran. Tapi sekarang dengan maraknya makanan yang berbahaya tersebut kita harus lebih selektif dan waspada jika ingin jajan tapi tetap sehat. Tagline “teliti sebelum membeli” rasanya sangat pas …apalagi jika diubah sedikit menjadi: “teliti sebelum jajan”. Semoga kita semua terlindung dari kecurangan pedagang yang terkutuk….

sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/12/30/boraks-sahabat-pedagang-curang/

bahan kimia dalam makanan

Mataharinews.com, Jakarta - Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan dan bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita dalam level sel, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama.

Dampak negatif yang bisa terjadi adalah dapat memicu kanker, kelainan genetik, cacat bawaan ketika lahir, dan lain-lain. Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-bahan kimia itu dalam kehidupan kita rehari-hari, yang perlu kita lakukan adalah meminimalkan penggunaannya sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan. Karena selain banyak tersedia di pasaran, bahan-bahan tersebut juga harganya yang relatif sangat murah.

Berikut adalah contoh bahan-bahan yang bersifat racun yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari :
1. Sakarin (Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula. Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup).

Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.’
2. Siklamat (Cyclamate)
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit. Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak menunjukkan pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
3. Nitrosamin
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain. Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 – 500 ppm. Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium nitrit.
4. Zat Pewarna Sintetis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pewarna sintetis yang paling banyak digemari di Indonesia adalah warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas, tekstil, cat, kulit dsb. dan bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma. Selain itu, boraks, juga merupakan zat pewarna favorit yang sering digunakan oleh produsen makanan.
5. Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai makanan tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang sudah dibubuhi MSG atau vetsin. Pada hewaan percobaan, MSG dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina, menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati, kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.
Bahaya di Masa Mendatang

Dari beberapa contoh bahan kimia beracun yang sehari-hari dipergunakan sebagai zat tambahan dalam makanan dan dipakai secara meluas di kalangan masyarakat, maka bahaya dalam jangka panjang sudah dapat perkirakan. Untuk mencegah hal ini, pemerintah harus sudah berani melakukan tindakan preventif mulai sekarang dan jangan menunggu-nunggu kalau sudah ada korban.

Hal lain yang perlu diingatkan, cara pemakaian MSG atau vetsin yang sudah sangat meluas dan berlebihan pada saat ini perlu mendapat perhatian khusus, karena MSG sangat mutagenik dan karsinogenik, khusus terhadap hati, kolon, ginjal, otak dan lain-lain.

sumber : http://www.mataharinews.com/lifestyle/food-a-drink/880-bahan-kimia-berbahaya-di-dalam-makanan.html